Diduga Program Ketahanan Pangan Kampung Astra Ksetra Menjadi Ajang Korupsi
Tulang Bawang, inklusifnews.com - Pelaksanaan Program Ketahanan pangan pada Kampung Astra Kesetra, Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung tahun anggaran 2022 berupa penanaman bibit nangka dan budidaya ikan lele disinyalir tidak efektif serta sebagian tidak jelas keberadaan realisasi. Jum'at (31/3/2023).
Program ketahanan pangan adalah merupakan program nasional pemerintah pusat yang sumber pembiayaannya dari 20 persen dana desa disetiap kampung yang bertujuan untuk pemulihan ekonomi nasional serta mengantisipasi krisis global pasca pandemi covid-19, oleh karenanya sifatnya yang dapat segera menghasilkan dan atau langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh warga kampung, bukan jenis tanaman keras yang membutuh waktu diatas 3 tahun baru menghasilkan.
Berdasarkan penelusuran diketahui bahwa pada tahun 2022 Kampung Astra Ksetra telah merealisasikan sebesar Rp. 158.xxx.xxx., untuk program ketahanan pangan kepada warganya dalam bentuk penanaman bibit nangka dan budidaya ikan lele seperti yang tertera pada data resmi pelaporan alokasi kegiatan kampung.
Namun, pada pelaksanaannya program itu menuai polemik karena bibit nangka tersebut tidak dibagikan kepada masyarakat melaikan ditanam di pinggir lapangan kampung. Dan bibit nangka yang ditanam nampak berkualitas rendah serta dalam perkirakaan dari hasil semai biji secara mandiri bukan hasil stek dan diduga kuat tidak memiliki standarisasi kelayakan bibit pertanian yang resmi serta terjamin kualitas mutunya dibuktikan bibit terlihat menguning dan daunnya banyak berlubang termakan hama. Mengingat sumber dana pembelian bibit menggunakan dana desa yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara sah sesuai regulasi dan tata kelola pengunaan anggaran dana desa.
Sementara, untuk bibit ikan lele hanya dibagikan kepada sekitar 10 sampai 15 kepala keluarga dari 4 dusun yang ada yang mana masing-masing mendapat bagian 1.000 ekor ditambah pakan yang ditaksir totalnya senilai Rp1.500.000.
Seperti yang disampaikan salah satu penerima bantuan warga Dusun III, " Ya pak kami dapet bantuan bibit lele dari kampung, itu juga karena sudah nelpon orang balai kekampung maka dapetlah, katanya sih seribu ekor masing-masing penerima, kami juga gak ngitung terus ada tambahan pakan empat sak yang total semuanya sih katanya satu juta lima ratus tapi nanti harus dikembalikan lagi modalnya kekampung biar bisa bergiliran dengan warga lain. "Ungkapnya kepada wartawan (28/3).
"dengar-dengar sih ada yang sudah ngembalikan ke kampung karena gak tahan dan gak hasil juga katanya, tapi gak tau jelas juga pak siapa" Tambahnya.
Namun anehnya, bibit ikan lele yang telah diberikan kepada masyarakat itu sewaktu-waktu harus dikembali ke kampung lagi dalam bentuk uang yang dimaksudkan untuk bergilir diberikan kepada masyarakat lainnya. Hal itu membuat masyarakat ragu dan khwatir bibit lele yang telah mereka terima akan diminta kembali karena bantuan bersifat tidak pasti.
Lebih anehnya lagi kembali muncul setelah mendapat mendengar penjelasan dari ketua BPK (Badan Permusyawaratan Kampung) yang menjelaskan pada bahwa bibit ikan lele itu seluruhnya 50.000 ekor, dibagikan kepada 20 kepala keluarga warga kampung masing-masing 1.000 ekor ada juga pakannya dan karena warga pada gak mau budidaya yang 30.000 ekornya ditebar disalah satu kolam warga kampung dan dikelola oleh kampung tapi habis karena karena banjir.
"Ya bibit ikan lele itu dibagikan ke pada 20 Kepala keluarga masing-masing seribu ekor dengan pakannya juga. Dan yang tiga puluh ribu ditebar dikolam warga sini yang ngelola kampung tapi gak hasil habis kena banjirkan, ya karena daerah rawa kolamnya jadi meluap."tutur Roli Ketua BPK.
Ditempat terpisah seorang warga kampung setempat yang tidak mendapat bantuan bibit lele yang enggan disebutkan namanya saat dimintai pendapat terkait polemik yang terjadi, menurut Nya wajar pada ngeluh karena itu merupakan bantuan dari dana desa dan kalau benar untuk bergiliran ke warga lainnya mengapa hanya 20.000 ekor saja yang dibagikan kepada warga sedangkan yang 30.000 ekor ditebar dikolam yang tidak jelas pemilik dan pengelolanya.
"Wajarlah warga jadi gak serius dan ngeluh karena harus dikemalikan lagi ke kampung itukan bantuan dari DD, kalau karena biar bergiliran dengan warga lain yang ingin budidaya juga kenapa hanya dua puluh ribu ekor saja yang dibagikn ke warga tapi yang lebih banyak tiga puluh ribu malah ditebar gak jelas kolam warga mana dan gak jelas juga bagaimana hasil dan sapa yang ngurusnya." Cetusnya.
Lain waktu ketika disambangi kekolam yang dimaksudkan ketua BPK, kebetulan ada warga kampung yang kebetulan lewat disekitar lokasi sempat ditanyai menyebut kolam itu bukan milik warga kampung Astra Kesetra melainkan milik pak Zainal orang Gunung Batin dan sepengetahuannya tidak pernah kena banjir pada tahun lalu. Sangat nampak pula terlihat kondisi kolam itu baik tanggulnya layaknya sebuah kolam pemancingan.
"Bukan pak, kolam punya orang Gunung Batin pak Zainal, gak pernah sih kena banjir tahun lalu setau kami", ucap warga itu. (Red)
Posting Komentar